Foto saya
Kuala Tungkal, Jambi, Indonesia
Asalamualaikum ??? Salam Sejahtrah??? Semoga Allah SWT Selalu Melimpahkan Rizki dan Keselamatan Bagi Kita Semua.

Laman

Senin, 08 November 2010

MAKALAH PERALATAN MEDIA


MAKALAH
PERALATAN MEDIA

Dosen Pembimbing : Mahjardi. S,pd M,pd



Oleh:

Kelompok 6

Mario Sarwo Hadi
Bambang Irawan
Marlina
Siti Bararoka



JURUSAN FISIKA
FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
2010-2011


qwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmrtyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmrtyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmrtyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmrtyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmrtyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmrtyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmrtyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnm
 



KATA PENGANTAR

            Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan begitu banyak rizki dan hidayah-Nya kepada kita semua. Salawat dan salam selalu kita panjatkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, sebagai Rahmatan lil alamin yang telah membawa umat manusia dari jalan kegelapan menuju kehidupan yang mendapat sinar ifahi.
Alhamdulillah makalah ini dapat diselesaikan semata-mata atas kehendak-Nya dan rahmat cinta kasih-Nya yang berlimpah. Rasa syukur kami atas kemurahan-Nya karena telah diberi kesempatan untuk menyelesaikan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan, oleh sebab itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Dan semoga dengan selesainya makalah ini dapat bermanfaat bagi  teman-teman. Amin…
           
Jambi, Oktober  2010

                                                                                                                       (Penulis)






DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................

DAFTAR ISI ..................................................................................  

BAB  I  PENDAHULUAN
1.1.         Latar Belakang  .......................................................................................
1.2.         Rumusan Masalah ...................................................................................
1.3.         Tujuan  .....................................................................................................
1.4.         Metode Penulisan ...................................................................................

BAB II  PEMBAHASAN
2.1  PERALATAN PROYEKSI...................................................................................
2.2  PERALATAN ELEKTRONIKA............................................................................

BAB III  PENUTUP
3.1 Kesimpulan ....................................................................................................
3.2 Saran..............................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................................










BAB I
PENDAHULAN
A. Latar Belakang
Kata media berasal dari bahasa latin medius yang secara harfiah berarti ’tengah’, ’perantara’, atau ’pengantar’. Secara lebih khusus, pengertian media dalam proses belajar mengajar cenderung diartikan sebagai alat-alat grafis, photografis, atau elektronik untuk menangkap, memproses, dan menyusun kembali informasi visual atau verbal. AECT (Association of Education and Communication Technology, 1977) memberi batasan tentang media sebagai segala bentuk dan saluran yang digunakan utnuk menyampaikan pesan atau informasi. Disamping sebagai sistem penyampai atau pengantar, media yang sering diganti dengan kata mediator menurut Fleming (1987 : 234) adalah penyebab atau alat yang turut campur tangan dalam dua pihak dan mendamaikannya. Dengan istilah mediator, media menunjukkan fungsi atau perannya, yaitu mengatur hubungan yang efektif antara dua pihak utama dalam proses belajar, yaitu siswa dan isi pelajaran. Ringkasnya, media adalah alat yang menyampaikan atau mengantarkan pesan-pesan pengajaran. (Arsyad, 2003 : 3).
Kata media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medium yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar. Media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan minat serta perhatian siswa sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi (Sadiman,2002:6). Sedangkan dalam arti luas, media tidak hanya meliputi media komunikasi elektronik yang kompleks akan tetapi juga mencakup alat-alat sederhana seperti: tv radio, slide, fotografi, diagram, dan bagan buatan guru, atau objek-objek nyata lainnya.Latuheru(1988:14), menyatakan bahwa media pembelajaran adalah bahan, alat, atau teknik yang digunakan dalam kegiatan belajar mengajar dengan maksud agar proses interaksi komunikasi edukasi antara guru dan siswa dapat berlangsung secara tepat guna dan berdaya guna.
           
Semakin sadarnya orang akan pentingnya media yang membantu pembelajaran sudah mulai dirasakan. Pengelolaan alat bantu pembelajaran sudah sangat dibutuhkan. Bahkan pertumbuhan ini bersifat gradual. Metamorfosis dari perpustakaan yang menekankan pada penyediaan meda cetak, menjadi penyediaan-permintaan dan pemberian layanan secara multi-sensori dari beragamnya kemampuan individu untuk mencerap informasi, menjadikan pelayanan yang diberikan mutlak wajib bervariatif dan secara luas.Selain itu,dengan semakin meluasnya kemajuan di bidang komunikasi dan teknologi, serta diketemukannya dinamika proses belajar, maka pelaksanaan kegiatan pendidikan dan pengajaran semakin menuntut dan memperoleh media pendidikan yang bervariasi secara luas pula.
Karena memang belajar adalah proses internal dalam diri manusia maka guru bukanlah merupakan satu-satunya sumber belajar, namun merupakan salah satu komponen dari sumber belajar yang disebut orang. AECT (Associationfor Educational Communication and Technology) salah satu dari enam jenis sumber belajar yang dapat digunakan dalam proses belajar, yaitu: Alat: yang dimaksud di sini adalah sarana  untuk menyajikan Bahan (merupakan suatu format yang digunakan untuk menyimpan pesan pembelajaran,seperti buku paket, buku teks, modul, program video, film, OHT (over head transparency), program slide,alat peraga dan sebagainya (biasa disebut software)). Di dalamnya mencakup proyektor OHP, slide, film tape recorder, dan sebagainya.
B. Rumusan masalah
Pada makalah ini akan kami bahas:
1. Pengenalan peralatan media
2. Penggunaan peralatan Media

C. TUJUAN
Tujuan dalam penulisan makalah ini adalah untuk menambah pengetahuan dan diharapkan bermanfaat bagi kita semua.

D. METODE PENULISAN

Penulis mempergunakan metode observasi dan kepustakaan. Dalam metode ini penulis membaca buku-buku dan mencari lewat internet yang berkaitan dengan penulisan makalah ini.





















                                                                                                                                       

BAB  II
PEMBAHASAN

A.PERALATAN PROYEKSI
1)      Overhead Projector (OHP)
Overhead Projector berfungsi untuk memproyeksikan (menyajikan) transpararansi. Ada beberapa model OHP. Akan tetpi pada  dasarnya semua mempunyai prinsip kerja yang sama. Perbedaanya adalah pada berbagai tambahan variasi dan kelengkapan. Sementara itu yang umum digunakan adalah OHP dengan kontruksi seperti terlihat pada gambar. Pada model tersebut, lampu, kipas pendingin, dan reflektor ditempatkan dikotak bagian bawah. Hal ini berakibat bahwa OHP tersebut mempunyai bentuk yang besar, tetapi mempunyai keuntungan tahan untuk pemakaian lama. Hal ini kerna adanya kipas pendingin, sehingga udara panas didalam kotak yang ditimbulkan oleh panas lampu bisa dihembuskan keluar.
Ada juga jenis lain yang diracang untuk mudah dibawa-bawa karena bentuknya lebih ramping. Pada OHP jenis ini lampu peroyektor dipasang menyatu dengan lensa (pada head assembly) dibagian atas OHP tidak dilengkapi dengan kipas pendingin. Bagian kotak bawah (base) tidak diperlukan lagi sehingga lebih tipis. Dengan demikian, apabila dilipat, hanya setebal tas jinjing. Karena tidak dilengkapi dengan fan, sistem pendinginya kurang sempurna.
Pengoprasian
a.       Periksa tegangan sumber listrik dan sesuaikan tegangan pada peralatan.
b.      Hubungkan OHP dengan sumber listrik.
c.       Tekan  tombol ON/OFF ke posisi ON
d.      Letakkan transparansi pada posisi yang benar (diatas stage)
Aturlah posisi lens head assembly dan posisi OHP itu sendiri untuk menghindarkan energi keystone-effect.
Aturlah tombol pengatur fokus, sehingga didapatkan hasil gambar proyeksi yang jelas dan tajam.
2)      Microform reader 
`       Microform reader ini adalah peralatan untuk membaca bahan-bahan yang disimpan (dicetak ) pada film dalam bentuk ( ukuran ) mikro. Ada dua bentuk film yang digunakan, yaitu yang berbentuk gulungan ( roll ) disebut ‘micro film’ ( ukuran yang umum dipergunakan ialah film 16 mm dan 35 mm ). Ada pula yang berbentuk lembaran disebut microfiche.
Berdasarkan bentuk  bahan yang akan dibaca tersebut, ada dua jenis peralatan untuk membaca, yaitu:
1.       Microfilm reader
2.       Microfiche reader
Peralatan ini bekerja berdasarkan prinsip kerja proyektor. Jadi yang akan dibaca, baik yang berbentuk microfilm maupun microfiche akan diproyeksikan ( oleh lampu proyektor dan lensa proyeksi ) kesebuah bidang ( bisa berbentuk cermin). Selanjutnya akan memantulkan gambar proyeksi kepermukaan layar dengan perbesaran beberapa puluh kali kepermukaan layar sehingga bisa dibaca. Oleh karena itu, peralatan ini juag disebut ‘microform projektor reader.

Pengoprasian microfiche reader
a.       Hubungkan  peralatan dengan sumber listrik
b.      Tarik keluar tempat microfiche
c.       Hidupkan peralatan dengan menekan tombol power (ON)
d.      Angkat lensa proyeksi keatas dan geser kearah kiri
e.      Aturlah fokus gambar, dengan memutar badan lensa proyeksi searah belawanan putaran jarum jam.
f.        Geser-geserlah tempat microfiche (tempat ini bisa digeser-geser ) untuk mendapatkan bagian yang akan dibaca.
g.       Apabila telah selesai digunakan, tarik lensa proyeksi keatas dan geser kearah kanan, kemudian matikan peralatan.
3)      Proyektor filem rangkai filem strip projector.
Peroyektor ini digunakan untuk memperoyeksikan filem rangkai (film strip). Ada beberapa model yang dibuat untuk berbagai penggunaan, baik untuk pengunaan individual ataupun penggunaan kelompok. Beberapa model dilengkapi dengan fasilitas perekam kaset audio, sehingga dimungkinkan untuk memutar program film rangkai bersuara.
Beberapa sistem (cara) memproyeksikan gambar, maka proyektor film rangkai ini dapat dibedakan dalam tiga jenis. Jenis -  jenis proyektor meliputi :
a.       Proyeksi belakang layar
b.      Proyeksi depan layar
c.       Proyeksi depan dan belakang layar.

Pengoprasian:
a.       Hubungkan proyektor dengan sumberlistrik, setelah diperiksa bahwa tegangan peralatan sesuai dengan tegangan sumber listrik.
b.      Masukkan film rangkai yang akan diperoyeksi kedalam sambang (cartridge)
c.       Pasang sambang film rangkai pada tempatnya
d.      Putar saklar utama sehingga lampu proyektor menyala (pada posisi lamp)
e.      Tekan tombol FWD filem, sehingga dilayar terlihat gambar proyeksi pertama.
f.        Atur tombol focus hingga didapatkan gambar yang jelas dan tajam
g.       Pasang saklar no:14 pada posisi AUTO
h.      Masukkan kaset suara pada tempatnya.
i.         Tekan tombol main ulang dari perekam kaset audio
j.        Atur tombol geser, level volume dan tone.
k.       Secara otomatis, film rangkai akan maju pada saatnya.
l.         Apabila program tersebut tidak otomatis, setiap kali terdengar tanda bel dari pita kaset, tekanlah tombol FWD film.

Perawatan
Secara rutin bersihkanlah jendela proyeksi (film gate) dengan sikat khusus. Setelah itu berilah minyak pelumas secukupnya pada bagian mekaniknya. Apabila baru selesai digunakan jangan langsung dimasukkan kedalam tempatnya. Tunggulah menjadi dingin terlebih dahulu, baru kemudian dikemas.


4)      Proyektor Film Bingkai (Slide Projector)

Peralatan ini termasuk dalam kelompok peralatan proyeksi (optik), karena fungsi utamanya ialah memproyeksikan film bingkai. Pada umumnya program-program film bersuara. Suara film bingkai tersebut terpisah, yaitu direkam dalam pita magnetik, baik dalam bentuk pita open reel ¼ inch maupun kaset. Akan tetapi, dalam perkembangannya, bentuk yang umum digunakan ialah pita kaset. Maka, untuk menyajikan program film-bingkai bersuara (sound slide) selain diperlukan proyektor film-bingkai, juga diperlukan perekam kaset audio, untuk memainkan ulang (play back) kaset tersebut.

Proyektor ini akan memproyeksikan film-bingkai yang ada dalam posisi proyeksi (berada tepat di depan jendela proyeksi/gate proyektor). Film-bingkai yang telah disusun sesuai dengan urutan satu per satu didorong (diletakkan) pada posisi proyeksi. Setelah selesai pemproyeksian, film-bingkai tersebut dikembalikan ketempatnya, untuk digantikan dengan film-bingkai berikutnya, begitulah seterusnya. Penggantian film-bingkai yang satu ke film-bingkai berikutnya dilakukan dengan suatu sistem mekanik. Gerakan mekanik tersebut ada yang dilakukan sepenuhnya dengan tangan dan ada juga yang menggunakan sistem elektronik.

Berdasarkan cara menggerakkan sistem mekanik tersebut, proyektor film-bingkai dibagi dalam dua kelompok, yaitu:
a.      Sistem manual (dengan tangan);
b.      Sistem elektronik;

A.     Proyektor Film Bingkai dengan Sistem Manual

Proyektor film-bingkai jenis ini bentuknya sangat sederhana dan kecil, tempat untuk menyusun film-bingkai terbatas, hanya bisa menampung beberapa film-bingkai. Bahkan, ada beberapa model yang tidak mempunyai tempat menyusun film-bingkai. Jadi film-bingkainya dipasang satu per satu.

Gerakan pemindahan film-bingkai dilakukan dengan mendorong tuas penggeser. Setelah film-bingkai tepat pada posisi proyeksi, maka tuas ditarik lagi sehingga siap untuk mendorong film-bingkai berikutnya.

Nama bagian-bagian proyektor film-bingkai jenis ini dan kegunaannya adalah :
a.      Tingkap angin, untuk pendinginan dengan udara luar.
b.      Pemegang mekanik penggeser film-bingkai. Apabila proyektor film-bingkai ini telah selesai digunakan, mekanik penggeser film-bingkai ini bisa dilepas.
c.       Lampu proyeksi. Bisa diputar searah atau berlawanan dengan jarum jam untuk mengatur focus gambar.
d.      Kenob pengatur ketinggian proyektor.
e.      Kaki proyektor.
f.        Tempat meletakkan film-bingkai yang akan diproyeksikan.
g.      Tuas penggeser film-bingkai ke posisi proyeksi (tepat di depan jendela proyeksi/gate).
h.      Saklar untuk menghidupkan/mematikan lampu proyektor (letaknya dibagian belakang proyektor).

B.      Proyektor Film Bingkai dengan Sistem Elektronik

Proyektor film-bingkai jenis ini ada beberapa model, yaitu;
a.      Proyektor film-bingkai dengan sistem proyeksi belakang layar;
b.      Proyektor film-bingkai dengan sistem proyeksi depan layar; ada dua bentuk yang umum dipergunakan, yaitu:
-          Yang menggunakan tempat film-bingkai berbentuk kotak persegi panjang (rectangular tray);
-          Yang menggunakan tempat film-bingkai berbentuk bulat (rotary tray).
5)      Proyektor Film Gelang (Film Loof Projector)

Proyektor ini digunakan untuk memutar film gelang. Film yang digunakan adalah film 8 mm, yang dikemas dalam sambaing (cartridge). Proyektor film gelang ini menggunakan sistem proyeksi depan layar. Kecepatan putar proyektor ini bervariasi, masing-masing model ada yang sama, ada pula yang lain kecepatan putarnya, ada yang 21 bingkai per detik, ada yang 18 b/dt 22 b/dt dan 24 b/dt.

Di samping jenis proyektor film gelang yang tidak bersuara, ada juga jenis proyektor film gelang yang bersuara. Pada film gelang bersuara, sistem suara yang digunakan adalah sistem magnetik atau sistem optik.
6)      Proyektor Film (Motion Picture Projector)

Proyektor film ini (untuk selanjutnya disebut proyektor), menggunakan tiga sistem dalam kerjanya, yaitu:
1.      Sistem optik (lensa-lensa);
2.      Sistem mekanik (gerak intermittent) sehingga dicapai putaran film 24 f/s;
3.      Sistem elektrik/elektronik (motor dan penguat suara).

Dengan memadukan ketiga sistem tersebut secara serasi dan saling menunjang; maka pita celluloid (film) yang diputar di proyektor, akan terproyeksi pada layar menjadi gambar yang memiliki kesan (image) bergerak/hidup lengkap dengan suaranya. Ditinjau dari film yang akan diputar, ada tiga jenis proyektor, yaitu proyektor untuk:
1.      Film 35/70 mm;
2.      Film 16 mm;
3.      Film 8 mm;

Kalau ditinjau dari sistem threading (pemasangan filmnya) ada tiga macam proyektor, berupa:
1.      Sistem automatic threading;
2.      Manual threadhing;
3.      Slot loading.

C.      Sistem Threading (Pemasangan Film)

Untuk pemasangan film (threading), yaitu dari suplai reel ke take up reel, film tersebut harus melewati sproket-sproket, gate, dan lain-lain. Proses pemasangannya tidak bisa sembarang. Tiap-tiap merek, berbeda dalam pemasangan filmnya. Untuk itu harus diperhatikan petunjuk-petunjuk yang dikeluarkan oleh masing-masing prabrik. Berdasarkan caranya memasang film-film (threading) dikenal ada tiga cara.

D.     Proyektor Film 35 MM/70 MM

Proyektor jenis ini, kebanyakan digunakan untuk tujuan komersial. Tujuan ini untuk memutar film-film jenis hiburan di gedung-gedung bioskop. Mengingat bahwa untuk film-film jenis hiburan kebanyakan dibuat dengan ukuran tersebut. Untuk proyektor jenis ini, perlu penanganan khusus. Jadi, untuk pengoperasiannya diperlukan tenaga (operator) yang telah dilatih untuk menangani proyektor tersebut.

E.      Proyektor Film 16 MM

Diantara proyektor-proyektor yang lain, proyektor 16 mm ini paling banyak digunakan, terutama untuk tujuan pendidikan. Karena film-film jenis ini banyak (sebagian besar) diproduksi dalam ukuran 16 mm. Proyektor ini bisa digunakan untuk memutar film dengan jalur suara optik maupun magnetik. Dengan kemungkinan penggantian lensa, proyektor ini fleksibel untuk penggunaan pada kelompok kecil ataupun besar, bahkan pemakaian individual.

Dengan menggunakan lampu proyektor jenis halogen, (24 V, 250 W) daya listrik yang diperlukan tidak begitu besar (± 500w). Begitu pula dalam pengoperasiannya tidak begitu sulit, sehingga dengan mempelajarinya beberapa saat, setiap orang akan mampu mengoperasikannya terutama setelah mempelajari dan memahami nama dan kegunaan masing-masing bagian/kontrol.

F.       Proyektor Film 8 MM

Proyektor ini berfungsi untuk memutar film 8 mm, baik yang bersuara maupun tidak. Mengingat film jenis pendidikan/ilmu pengetahuan dan lain-lain jarang dibuat di Indonesia dengan menggunakan film 8 mm, proyektor jenis ini kurang populer (tidak banyak yang mempergunakannya). Proyektor ini menggunakan sistem automatic threading, sehingga memudahkan penanganannya. Begitu sederhananya pengoperasian proyektor ini, sehingga setiap orang pasti akan mampu mengoperasikannya.

G.     Proyektor Film “Double Band”

Selain jenis proyektor yang bisa digunakan untuk memutar film-film yang umum dipakai, ada jenis proyektor yang dirancang untuk pemakaian khusus, yaitu proyektor double band. Disebut demikian karena proyektor ini digunakan untuk memutar film, yang suaranya masih terpisah dari gambar (masih dalam bentuk pita magnetik, jadi belum melewati proses laboratorium/release print).

Apabila kita memandang dari arah depan proyektor, pada bagian kiri adalah untuk memutar film (bergambar), sedangkan sebelah kanan adalah untuk memutar pita magnetik (suara). Karena proyektor ini menggunakan sistem interlock (pemutaran serentak dan terpadu) maka antara gambar dan suara akan sinkron. proyektor jenis ini kebanyakan digunakan di studio dan instansi yang menangani (memproduksi) film.

H.     Pengoperasian Proyektor Film (16 MM dan 8 MM)

Pengoperasian proyektor film ini dapat dilakukan melalui langkah-langkah berikut ini:
1.      Periksalah apakah tegangan listrik peralatan sudah sesuai dengan tegangan sumber listrik.
2.      Sambungkan proyektor dengan sumber listrik.
3.      Pada proyektor yang menggunakan loudspeaker terpisah sambungkanlah loudspeaker dengan proyektor.
4.      Sesuaikan tombol pengatur suara M/D (magnetik/optik) dengan jenis film yang akan diputar.
5.      Pasangkan film (threading) sesuai prosedur, baik dengan sistem manual, slot loading, maupun automatic.
6.      Hidupkan sistem suara dengan memutar tombol volume searah jarum jam.
7.      Putar saklar utama ke arah forward, kemudian lamp.
8.      Aturlah posisi (tinggi/rendah)bingkai gambar pada layar, dengan mengatur kenob pengatur ketinggian proyektor.
9.      Aturlah ketajaman (focus) gambar dengan memutar tombol pengatur focus.
10.  Apabila masih ada garis bingkai gambar yang terlihat pada layar, aturlah tombol pengatur bingkai.
11.  Aturlah kekerasan suara dan tinggi rendahnya nada dengan mengatur kenob volume dan kenob tone.
12.  Setelah semuanya memuaskan, matikan proyektor dengan memutar saklar utama ke posisi OFF.
13.  Putar mundur film tersebut dengan memutar saklar utama ke arah kiri, (posisi) liverse, sampai film ke posisi start. (dapat juga dengan menghidupkan lampu proyektor, sehingga ketahuan ujung depan film tersebut). Kemudian matikan proyektor.
14.  Sekarang film siap disajikan.

I.        Perawatan

a.      Bersihkanlah “pressure gate” film terhadap jendela proyeksi dan “gate” (jendela proyeksi).
b.      Berikanlah minyak pelumas pada sistem mekaniknya (terutama pada intermitternt mekanik) secara teratur.
c.       Bersihkanlah lensa proyektor secara teratur dengan menggunakan cairan khusus pembersih lensa.

B.PERALATAN AUDIO

Peralatan yang digunakan untuk menyajikan program audio ataupun untuk menerima siaran radio (program audio yang dipancarkan lewat pemancar radio), ada beberapa jenis. Masing-masing jenis dibuat untuk tujuan tertentu, baik untuk pemakaian ruangan yang sempit (individu/kelompok kecil) maupun untuk ruangan yang luas (kelompok besar). Apabila dikelompokkan, peralatan penyaji program audio ataupun penerima siaran radio terdiri dari dua kelompok.

7)      Radio Perekam Kaset Audio (Radio Cassette Recorder Portable)

Radio perekam kaset audio ini menguntungkan dalam pemakaian karena dapat menerima siaran yang dipancarkan dari stasiun pemancar radio. Dapat digunakan pula untuk memutar program audio dalam bentuk kaset. Dengan begitu, radio perekam kaset audio ini bisa digunakan untuk memutar kaset suara program film bingkai pada saat penyajian film bingkai bersuara. Keuntungan lainnya ialah radio perekam kaset audio ini bisa untuk merekam siaran radio yang sedang didengarkan, sehingga dapat diputar ulang pada kesempatan yang lain apabila diperlukan.

Radio perekam kaset audio ini pada umumnya mempunyai beberapa wilayah frekuensi (frequency range), antara lain:
FM  : 87,5 – 108 MHz;
SW2 : 7,0 – 22 MHz;
SW1 : 2,3 – 7,0 MHz;
MW : 530 – 1650 KHz;
Yang paling banyak digunakan di Indonesia ialah wilayah frekuensi MW dan SW1.
Radio perekam kaset audio ini bisa menggunakan tenaga baterai 9V (DC) ataupun sumber listrik PLN 110/220 V. Karena tenaga output (suara yang dihasilkan) kecil, yaitu sekitar 4,5W maksimum, radio kaset ini hanya ideal dipergunakan untuk keperluan individu atau kelompok kecil. Penempatannya juga tidak terlalu jauh dari si pendengar.

-          Pengoperasian

1.      Penggunaan sebagai radio penerima
a)      Hubungkan peralatan dengan sumber listrik.
b)      Set saklar radio pada posisi radio.
c)      Tempatkan saklar pemilih wilayah frekuensi sesuai yang dikehendaki (FM, MW, dan lain-lain).
d)      Putarlah kenob penala pada posisi pemancar yang dikehendaki.
e)      Untuk siaran pada gelombang FM dan SW, tariklah antena.
f)       Aturlah tombol volume dan tone sehingga didapatkan suara yang dikehendaki.
g)      Untuk mematikan, pindahkanlah saklar radio pada posisi tape.

2.      Sebagai perekam kaset audio (main ulang)
a)      Seperti pada posisi (g) di atas, saklar radio pada kedudukan tape.
b)      Tekan tombol eject dan masukkan kaset yang akan dimainkan ke dalam tempat kaset, kemudian dorong tempat kaset yang terbuka tadi hingga pada posisinya yang benar.
c)      Tekan tombol play.
d)      Apabila telah selesai, tekan tombol Stop.
e)      Untuk mengeluarkan kaset, tekanlah tombol eject dan kembalikan rumah kaset ke posisi yang benar.

3.      Merekam siaran radio.
a)      Saklar radio dipasangkan pada posisi radio.
b)      Tempatkanlah saklar pemilih wilayah frekuensi sesuai yang dikehendaki.
c)      Putarlah kenob penala untuk memilih pemancar yang dikehendaki.
d)      Masukkan kaset kosong yang akan digunakan untuk merekam.
e)      Tekanlah rec dan play secara serentak.
f)       Apabila telah selesai tekanlah tombol Stop.

Catatan :
Karena radio perekam kaset audio ini menggunakan ALC (sutomatic level control), pada waktu proses perekaman tidak perlu mengatur kenob volume.

8)      Radio dan Perekam Kaset Audio dengan Tambahan Penguat Suara Amplifier dan Loudspeaker

Untuk keperluan pemakaian (penyajian program) disebuah ruangan yang besar, maka diperlukan sebuah sistem tata suara yang mempunyai daya besar. Satu unit peralatan suara ini terdiri dari:
a.      Peralatan reproduksi suara, yaitu:
.  tuner;
.  open reel;
.  perekam kaset audio;
b.      Peralatan penguat suara, yaitu:
.  amplifier;
c.       Peralatan pengeras suara, yaitu;
.  loudspeaker;




1.      Peralatan Reproduksi Suara

a.      Tuner
Pada dasarnya tuner adalah rangkaian penala (pencari frekuensi pemancar radio) seperti pada radio portable biasa. Akan tetapi, karena diinginkan hasil mutu suara yang bagus (Hifi), rangkaian penala tadi dipisahkan dari rangkaian penguat. Sudah tentu rangkaian (sirkuit) yang ada dalam tuner tidak sesederhana seperti rangkaian penala pada radio portable. Daya output tuner ini masih lemah. Oleh karena itu diperlukan penguat suara. Loudspeaker tuner ini ada yang mempunyai wilayah frekuensi (frequency range) FM dan MW saja, tetapi ada juga yang mempunyai wilayah frekuensi FM, MW, SW1, SW2. Keunggulan tuner ini adalah kualitas suara yang dihasilkan lebih bagus dibanding dengan radio perekam kaset audio yang portable. Untuk pemakaian FM, SW1 atau SW2 diperlukan antena luar yang mempunyai impedance 75 atau 300 ohm.

Nama Bagian dan Kegunaan
.  Tombol Power
   Untuk memfungsikan atau mematikan tuner (ON/OFF).
.  Saklar Pemilih Fungsi
   Untuk memilih wilayah frekuensi yang dikehendaki.
.  Kenob Tuning
   Untuk mencari frekuensi pemancar yang diinginkan
.  Skala Gelombang
   Penunjukkan frekuensi pemancar.

b.      Perekam Pita Audio (Open Reel Tape Recorder)
Apabila program audio yang akan diputar tersedia dalam bentuk open reel, maka diperlukan sebuah open reel tape recorder. Kelebihan program yang menggunakan pita open reel ialah kualitas suaranya lebih bagus dibanding yang menggunakan pita kaset. Hal itu disebabkan kecepatan open reel tape recorder lebih tinggi (3 ¾ 7 ½ , 15 inci per second) dibanding kecepatan perekam kaset audio = 17/8 ips (inch per second). Unsur kecepatan tersebut berpengaruh pada frequency respons (tanggapan frekuensi). Semakin tinggi kecepatannya, semakin tinggi tanggapan frekuensinya. Wilayah frekuensi audio adalah dari 50 Hz sampai 20 KHz. Open reel tape recorder ini, ada yang menggunakan sistem full track (mono) dan yang menggunakan sistem stereo. Umumnya program-program audio diperbanyak dalam bentuk mono.
c.       Perekam Kaset Audio (Cassette Recorder)
Perekam kaset audio ini juga dikenal dengan sebutan kaset dek. Berfungsi sebagai pemain ulang (play back) program dalam bentuk kaset ataupun sebagai perekam. Adapun panjang kaset (waktu putar) tidak sama, tergantung dari tipe kaset, yaitu:
C 30 dengan masa putar masing-masing sisi/muka 15 menit
C 60 dengan masa putar masing-masing sisi/muka 30 menit
C 90 dengan masa putar masing-masing sisi/muka 45 menit

Untuk berbagai keperluan, maka dibuat pita kaset dalam beberapa kualitas, yaitu dari yang paling rendah, normal, FeCr, Cr02, dan metal. Umumnya, program-program audio (untuk pendidikan), dibuat di atas pita kaset jenis normal. Dengan demikian, kaset dek (perekam kaset audio) yang digunakan tidak usah memiliki fasilitas untuk pita metal.
Kaset dek bisa dikategorikan dalam tiga kelas, yaitu:
a)      Kelas ekonomi (sederhana).
b)      Kelas menengah.
c)      Kelas tinggi.



2.      Amplifier

Telah dijelaskam di depan bahwa sinyal-sinyal elektrik yang dikeluarkan oleh alat-alat reproducer (kaset dek open reel tape recorder dan tuner) masih sangat lemah, sehingga belum mampu menggerakkan membran loudspeaker. Untuk itu diperlukan sebuah alat penguat yaitu amplifier. Jadi, tugas pokok amplifier adalah menguatkan sekian kali lipat sinyal-sinyal yang masuk. Selanjutnya, diumpankan ke loudspeaker, hingga mampu menggetarkan membran loudspeaker. Dengan demikian menimbulkan suara yang bisa didengar oleh telinga manusia. Amplifier dibuat dalam beberapa kemampuan, yaitu diukur dari power outputnya, ada yang 40 watt, 60 watt, 100 watt, 120 watt RMS, dan seterusnya (biasanya diukur untuk loudspeaker dengan impedansi 8 ohm). Semakin besar power output-nya, berarti semakin besar suara yang mampu dihasilkannya. Dalam hal pemilihan power output, tentunya harus disesuaikan dengan ruangan yang akan digunakan. Semakin besar ruangan yang digunakan, berarti semakin besar power output yang diperlukan. Amplifier ini bisa menggunakan dua pasang loudspeaker yang bisa dipakai secara serentak atau satu pasang saja. Selain itu, dilengkapi dengan input phono, tuner, aux, tape 1, tape 2. Selain output ke loudspeaker amplifier juga mempunyai jalur rec out, untuk dihubungkan ke alat rekam.

3.      Loudspeaker

Tugas loudspeaker ialah mengubah sinyal-sinyal elektrik yang diumpankan oleh amplifier menjadi medan magnet yang kemudian menggerakkan konus dan menggetarkan membran. Oleh getaran membran ini, udara di sekelilingnya (terutama didepannya) digetarkan dan merambat hingga ke telinga, yang kita dengar sebagai suara. Ada berbagai model loudspeaker yang diproduksi, tetapi untuk mendengarkan program audio cukuplah loudspeaker yang menggunakan sistem 3-way yang dilengkapi dengan cross over pasif dan di dalam kotaknya diberi peredam dari glass wool. Loudspeaker jenis ini mempunyai tiga buah loudspeaker yaitu tweeter untuk nada tinggi, midra untuk nada menengah dan woofer untuk nada rendah.

9)      Perekam Kaset Audio Sinkron (Cassette Synchrocorder)
Selain jenis kaset yang telah dibicarakan didepan, ada satu jenis cassette recorder yang khusus dibuat untuk kelengkapan penyajian film bingkai bersuara (sound slide) secara otomatis. Perekam kaset audio sinkron (synchrocorder) ini dilengkapi dengan head control sinyal, sehingga bisa menerima dan meneruskan perintah-perintah yang diberikan oleh pita (kaset). Perintah-perintah ini melewati sinyal-sinyal yang telah direkam sebelumnya dengan menggunakan synchrocorder ini pula, ke proyektor film bingkai. Kelebihan penyajian film bingkai bersuara dengan kaset synchrocorder ini ialah pergantian film bingkainya otomatis sesuai waktu yang telah ditetapkan pada saat perekaman sinyal ke kaset yang telah berisi program. Tentunya kaset program yang tidak mempunyai sinyal-sinyal perintah tadi tidak dapat memfungsikan peralatan penyaji film bingkai otomatis, apabila dimainkan di kaset audio sinkron (cassette synchrocorder).

1.      Sistem hubungan
Apabila hendak digunakan, peralatan-peralatan tadi harus dihubungkan satu sama lain sesuai dengan fungsinya menjadi satu unit peralatan sistem suara. Peralatan tersebut bisa dihubungkan satu per satu, dalam hal ini disesuaikan dengan bentuk program yang akan disajikan. Misalnya untuk memainkan program audio dalam bentuk kaset, cukup memasang kaset dek, amplifier, dan loudspeaker, begitu seterusnya. Dapat juga dengan memasang ketiga peralatan sumber suara tersebut sekaligus, apabila memang diperlukan.

2.      Pengoperasian
1.      Hubungkan masing-masing peralatan satu sama lain secara benar.
2.      Pasangkan program yang akan disajikan pada tempatnya:
+    jika berbentuk kaset dipasang pada kaset dek;
+    jika berbentuk open reel dipasang pada open reel tape recorder.

3.      Perawatan
1.      Membersihkan Head
Untuk mendapatkan mutu suara yang baik dan jelas, beberapa bagian dari perekam kaset audio atau open reel tape recorder, yaitu: head hapus, head rekam, head main ulang, capstan dan pinch roller harus selalu dalam keadaan bersih. Bagian-bagian tersebut menjadi kotor, terutama disebabkan kikisan lapisan oksida pita, yang terkikis sewaktu pita dimain ulang (play back). Akibat dari kotornya bagian-bagian tersebut, pada kasus yang ringan, nada-nada tinggi tidak bisa direproduksi (suara terdengar tumpul), pada kasus yang berat, suaranya sangat lemah.

10)  Video

Video sistem dalam penggunaannya sebagai peralatan pemain ulang (play back) dari suatu program (rekaman), terdiri dari minimal satu buah video tape recorder (video cassette recorder) dan satu buah monitor atau lebih. VTR mempunyai banyak jenis baik mengenai sistem scan (penjejakan), ukuran pita yang dipergunakan maupun kemasan dari pita itu sendiri. Berbagai jenis VTR yang ada dipasaran dibuat dengan berbagai tujuan penggunaan. Ada yang untuk keperluan broadcast, untuk keperluan pengajaran/pendidikan, keperluan industri dan keperluan rumah tangga (hiburan). Tentunya hal tersebut menyangkut kualitas dan harga. Dengan sendirinya peralatan yang didesain untuk keperluan broadcast atau studio mempunyai kualitas yang jauh lebih baik, selain itu, mempunyai harga lebih mahal dari peralatan yang dirancang untuk pemakaian dirumah (home use). Berdasarkan segi kemampuan dan fasilitas serta kemudahan operasi, hal ini juga akan berbeda sesuai dengan tujuan penggunaannya.

Beberapa hal yang berkaitan dengan sistem kerja yang menyebabkan munculnya berbagai model VTR.

1.      Scan
Scan pada VTR adalah proses penjejakan susunan magnet yang tidak beraturan pada pita magnetik oleh video head. Sebagaimana diketahui, frequency range informasi gambar adalah dari 1-4,5 MHz (color). Hal tersebut akan tercapai antara lain: apabila putaran pita atas head sedemikian tingginya (± 700 bahkan sampai dengan 1500 ips). Hal tersebut tidak dimungkinkan apabila hanya pitanya saja yang bergerak dengan kecepatan tinggi, sementara headnya hanya diam.

Untuk mengatasi hal tersebut, maka diketemukan system head video yang berputar. Head tersebut diletakkan dalam sebuah silinder (drum). Pita yang berputar tersebut bergerak mengelilingi (menempel) pada sebagian permukaan silinder tersebut. Dengan putaran yang berlawanan tersebut, yaitu putaran head video sedemikian tinggi, akan dicapai kecepatan scan yang tinggi. Dengan prinsip kerja yang demikian tadi, maka lahirlah dua system scan, yaitu:
a.      Helical Scan.
b.      Quadraplex Scan.

2.      Color Transmision
Ada tiga system warna televise yang dianut sebagian besar Negara-negara di dunia yang telah dikembangkan, yaitu:
1.      NTSC (National Television System Committee)
2.      PAL (Phase Alternating Line)
3.      SECAM (Suquental a Memorie)
Masing-masing mempunyai perbedaan dan karakteristik sendiri, tetapi yang mudah ditandai adalah system garisnya (number of lines per picture). Dengan adanya perbedaan tadi, suatu program yang telah direkam dengan menggunakan system NTSC tidak bisa dimain ulang (play back) pada peralatan yang menggunakan system PAL dan begitu seterusnya.
Disamping itu, masih ada system French VHF yang mempunyai 819 garis per bingkai (lines per picture), system ini hanya dianut 2 negara, yaitu perancis dan Monaco. Sementara itu, Indonesia menganut system PAL.




3.      Video Disc
Selain penyimpanan informasi gambar dan suara pada pita magnetik, ada satu system lagi, yaitu penyimpanan informasi gambar dan suara pada piringan (disc). Ada dua system yang dikembangkan dalam video disc ini, yaitu system optical dan system capacitance.

System optical ialah menggunakan sinar laser (laser beam) untuk menjajaki informasi encode electric yang direkam dipermukaan piringan. System itu, ada system capacitance penjejakan informasi gambar dan suara dengan menggunakan tracking arm dan stylus, bagaimana layaknya pada turn table audio. Waktu putar dari video disc ini adalah satu jam masing-masing muka (sisi). Sebagaimana VTR, video disc juga memiliki kemampuan, antara lain:
a.      Reverse dan fast forward;
b.      Gerak cepat atau gerak lambat, baik maju ataupun mundur;
c.       Single frame, baik gerak maju ataupun mundur;
d.      Pencari gambar secara cepat;
e.      Stereo sound.

4.      Monitor
Kelengkapan dari system video untuk pemakaian ulang (play back) suatu program adalah monitor. Prinsip (dasar) kerja monitor ialah mengubah sinyal video/menjadi gambar pada tabung gambar dan suara pada loudspeaker.

Ada tiga macam monitor video, yaitu:
a.      Monitor
b.      Monitor/receiver
c.       TV receiver

5.      Video Projector
Selain menggunakan video/monitor atau TV receiver untuk memonitor gambar ataupun suara, kita dapat menggunakan video projector sebagai monitor. Pada dasarnya video projector ini dibagi dalam dua unit dasar, yaitu tabung projector (dua atau tiga tabung) dan system refleksi dalam hal ini termasuk layar refleksi.

Berdasarkan dua unit dasar tadi, maka ada dua jenis video projector, yaitu:
a.      Single piece; unit proyektor terpisah dari unit refleksi dijadikan satu;
b.      Two piece system; unit proyektor terpisah dari unit refleksi.

Ukuran layar video projector ini berkisar antara 4 sampai 7 kaki (± 1,3 m-2,3 m) diagonal.
Kelemahan video projector ini ialah kesan gambar yang terlihat pada layar tidak setajam seperti yang terlihat pada layar TV monitor. Hal ini disebabkan semakin besar pembesaran gambar, berakibat makin besarnya separasi jarak antara garis scanning. Dengan demikian, gambar terlihat seperti tidak fokus. Lebih-lebih, apabila menontonnya terlalu dekat dengan layar.

Hal seperti itu juga sebenarnya terjadi pada TV monitor. Menggunakan layar lebih kecil akan terlihat lebih tajam dibandingkan yang menggunakan layar lebih lebar. Hal itu disebabkan kepadatan garis setiap frame akan semakin berkurang jika layar yang digunakan semakin besar.
Karena sifatnya yang hanya memantulkan gambar, penggunaan video projector ini terbatas pada ruangan yang gelap saja. Semakin gelap ruangan, akan semakin jelas gambar.

6.      Pengoperasian
a.      VTR U-Matic dengan TV Monitor
1.      Hubungkan konektor monitor VCR ke penghubung VTR pada TV monitor dengan menggunakan kabel multi 8-pin.
2.      Hubungkan masing-masing peralatan dengan sumber listrik (setelah disesuaikan tegangannya). Selanjutnya fungsikan masing-masing peralatan (ON).
3.      Pasang pemilih input TV monitor pada posisi VTR.
4.      Masukkan kaset yang mau dimainkan pada rumah kaset VCR U-Matic.
5.      Tunggulah sampai lampu stand by mati. Selanjutnya tekan tombol play untuk memainkan kaset video tersebut.
6.      Aturlah kualitas gambar dan level suara dengan mengatur tombol-tombol pada TV monitor.
7.      Apabila telah selesai memainkan ulang (menyajikan) program, hentikan dan putar mundurlah (rewind) kaset, kemudian keluarkan dari rumah kaset dan tutup kembali rumah kaset.
8.      Matikan semua peralatan.
b.      VCR ½ inch (VHS atau Beta Format) dengan TV Monitor
Berikut ini akan dibahas pengoperasian untuk main ulang dengan menggunakan hubungan RF (dengan satu kabel). Apabila menggunakan hubungan video/audio dengan kabel terpisah, prosedurnya sama dengan pengoperasian VCR U-Matic dengan TV monitor.
1.      Hubungkan acrial out pada VCR dengan soket penghubung antenna pada TV monitor.
2.      Hubungkan masing-masing peralatan dengan sumber listrik (setelah disesuaikan tegangannya).
3.      Fungsikan masing-masing peralatan dengan menekan tombol power (ON).
4.      Pada VCR, pasangkan saklar ON/STAND BY/TIMER pada posisi ON.
5.      Pasangkan saklar pemilih program pada VCR, pada posisi tape.
6.      Pasangkan pemilih input TV monitor pada posisi TV.
7.      Tekan salah satu tombol pemilih program pada TV monitor.
8.      Set saklar sinyal tes pada VCR di posisi ON.
9.      Aturlah pengatur penyetelan program pada TV monitor, sehingga didapatkan gambar (warna) hitam putih yang membelah dua layar sama besar secara vertical. Pada saat itu pula akan terdengar suara mendengking (frekuensi 1 KHz) dari loudspeaker.
10.  Apabila telah didapatkan gambar yang tajam pada layar, matikan sinyal tes dengan menggeser saklarnya pada posisi OFF.
11.  Masukkan kaset (program) yang akan dimainkan di rumah kaset.
12.  Mainkan VCR dengan menekan tombol Play.
13.  Aturlah kualitas gambar dan level suara dengan mengatur tombol-tombol yang diperlukan.
14.  Apabila telah selesai memainkan ulang (menyajikan) program, hentikan dan putar mundurlah (rewind) kaset, kemudian keluarkan dari rumah kaset dan tutup kembali rumah kaset.
15.  Matikan semua peralatan.

1.      Tata Pemanfaatan Peralatan Media

Dalam mengadakan penataan/perletakan peralatan media untuk suatu penyajian, ada lima hal pokok yang harus diperhatikan untuk demi tercapainya suatu penyajian yang berhasil, yaitu:
a.      Bentuk susunan tempat duduk dan ukuran layar;
b.      Tipe permukaan layar;
c.       Penempatan layar;
d.      Tipe lensa;
e.      Penempatan proyektor.

a.      Bentuk Susunan Tempat Duduk dan Ukuran Layar
Apabila ruangan yang dipergunakan berbentuk persegi panjang, diusahakan susunan tempat duduk adalah memanjang, menghadap dinding yang lebih sempit.
Tabel Penempatan Tempat Duduk
Jenis                                               Jarak terdekat                                       Jarak terjauh
                                                        Tempat duduk                                      tempat duduk
Peralatan                                       terhadap layar                                      terhadap layar
Proyektor                                      2 x lebar layar                                        6 x lebar layar
TV/Video                                       4 x lebar layar                                        12 x lebar layar

Dengan melihat tabel di atas, maka dapat ditentukan jarak tempat duduk terdekat dan terjauh terhadap layar. Itu juga berarti dengan melihat ukuran ruangan dan kapasitas tempat duduk, dapat ditentukan lebar layar yang diperlukan.

b.      Tipe Permukaan Layar
Ada tiga tipe/jenis permukaan layar, dan masing-masing mempunyai karakteristik yang berbeda. Yang dimaksud dengan permukaan layar ialah bagian yang terkena cahaya proyeksi dari proyektor. Mereka dibedakan karena perbedaan kemampuan dalam memantulkan cahaya yang datang.

Berikut ini ketiga jenis permukaan layar
1.      Matte
Permukaan layar jenis ini tidak mengkilat. Daya pantulnya rendah, tetapi merata ke segala sudut. Sudut efektifnya adalah 45° dari sumbu axis.

2.      Beaded
Permukaan layar jenis ini mengkilat karena dilapisi dengan butiran-butiran kaca (glass) yang sangat halus. Karena adanya lapisan ini, daya pantulnya terhadap cahaya yang datang lebih tinggi. Arah pantulannya tidak merata, tetapi lebih kuat di bagian tengah (sekitar sumbu axis).
Sudut efektif dari layar dengan permukaan ini ialah 25° dari sumbu axis.

3.      Lenticular
Lapisan permukaan layar jenis ini dibuat dari bahan plastik yang dibentuk menjadi bentuk tertentu dan dicetakkan ke permukaan layar. Jenis ini merupakan perpaduan antara matte dan beaded, yaitu sudut efektifnya berkisar 25°-45° dari sumbu axis.

c.       Penempatan Layar
Ada dua alternative untuk menempatkan layar, yaitu di tengah ruangan dan di sudut ruangan. Dilihat dari sudut efektif pemantulan cahaya oleh permukaan layar, maka penempatan layar pada sudut ruangan lebih menguntungkan. Akan tetapi, hal itu hanya berlaku untuk ruangan yang berbentuk bujur sangkar atau mendekati bujur sangkar. Jadi, faktor-faktor yang harus diperhatikan pada waktu menentukan penempatan layar ialah ukuran ruangan, susunan tempat duduk, dan peralatan-peralatan lainnya yang ada.

Hal lain yang harus diperhatikan ialah ketinggian layar dari lantai, yaitu ± 1,8 m (diukur dari tepi bawah layar). Hal ini untuk menjaga supaya orang yang duduk di bagian belakang tidak terhalang pandangannya oleh orang yang didepannya.

d.      Tipe Lensa
Jika seberkas cahaya (sejajar) melewati sebuah lensa, berkas cahaya tersebut akan dibengkokkan arahnya. Maka, pada suatu jarak tertentu dari lensa, cahaya tersebut akan terkumpul dan terbentuk menjadi titik api (focus). Jarak dari lensa ke titik api tersebut dinamakan focal length.

Focal length ini berkaitan dengan kemampuan lensa untuk memproyeksikan cahaya (pada proyektor) dan menerima cahaya (pada kamera). Semakin panjang focal length, semakin sempit sudut proyeksi. Begitu sebaliknya. Ukuran focal length tersebut umumnya dalam mm, tetapi ada juga dalam inci. Berdasarkan ukuran focal length akan bisa diketahui jenis lensa tersebut, misalnya:
1.      Lensa dengan focal length 100 mm termasuk lensa tele;
2.      Lensa dengan focal length 20 mm termasuk lensa wide.
Pada jarak yang sama, proyeksi gambar dari lensa wide akan lebih lebar dibandingkan dengan lensa tele. Berdasarkan itu, apabila pada suatu penyajian terbentur pada terbatasnya ukuran ruangan dan ukuran layar, dapat diatasi dengan mengganti lensa proyektor yang lebih sesuai. Tentunya hal tersebut tidak bisa dilakukan terhadap jenis proyektor tertentu yang lensanya tidak dapat ditukar/diganti.
e.      Penempatan Proyektor
Penempatan proyektor yang baik dimaksudkan untuk didapatkan gambar proyeksi yang optimum. Artinya, tidak lebih besar atau jauh terlalu kecil dari ukuran layar yang tersedia.

Berikut ini adalah sebuah bagan yang menggambarkan jarak yang disarankan untuk menempatkan proyektor. Jarak tersebut sifatnya tidak mutlak (mendekati/±). Dengan catatan, bahwa lensa yang terpasang pada proyektor adalah lensa standar peralatan (proyektor) tersebut. Lebar layar adalah 1,8 m.

Cara Lain Menentukan Jarak Proyektor Terhadap Layar.
Dengan rumus di bawah ini, jarak proyektor dengan layar, lebar layar yang diperlukan, dan focal length lensa dapat dihitung.

Baik jarak proyektor, lebar layar maupun focal length, dapat dicari dalam ukuran inci atau mm. Untuk mendapatkan satuan ukuran mm, maka angka-angka yang dimasukkan harus dalam satuan mm pula.


















BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Pembahasan peralatan media berikut ini meliputi jenis:
Peralatan proyeksi (optik) terdiri dari:
1.      Overhead projector (OHP)
2.      Microform reader
3.      Proyektor film rangkai (film strip projector)
4.      Proyektor film bingkai (slide projector)
5.      Proyektor film gelang (film loop projector)
6.      Proyektor film (motion picture projector)
Peralatan elektronik, terdiri dari:
1.      Radio Perekam Kaset Audio (Radio Cassette Recorder Portable)
2.      Radio dan Perekam Kaset Audio dengan Tambahan Penguat Suara Amplifier dan Loudspeaker
a)      Peralatan Reproduksi Suara
b)      Amplifier
c)      Loudspeaker

3.      Perekam Kaset Audio Sinkron (Cassette Synchrocorder)
4.      Video
a)      Scan
b)      Color Transmision
c)      Video Disc
d)      Monitor
e)      Video Projector




B.     Saran
Sebaiknya kita sebagi calon seorang guru dapat menggunakan media pembelajaran sehingga siswa lebih antusias dalam mengikuti pelajaran yang disampaikan dan motivasi belajar menjadi lebih meningkat.

















DARTAR PUSTAKA
Arsyad, Azhar. 2003. Media Pembelajaran. Jakarta : Raharja Grafindo Persada.
Sadiman, Arif. Dkk. 1984. Media Pendidikan. Jakarta : Raharja Grafindo Persada.


.













Tidak ada komentar:

Posting Komentar